Berikut ini adalah arsip berkas Contoh dan Pembahasan Soal UN SMA MA SMK Tahun 2019. Download file dalam format .pdf.
Contoh dan Pembahasan Soal UN SMA MA SMK Tahun 2019
Ujian Nasional (UN) bertujuan untuk mengukur pencapaian kompetensi lulusan pada mata pelajaran tertentu secara nasional dengan mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Salah satu kegunaan hasil UN adalah pembinaan kepada satuan pendidikan untuk peningkatan mutu pendidikan.
Setiap tahun Pusat Penilaian Pendidikan mempublikasikan hasil UN dalam bentuk aplikasi analisis hasil UN yang didistribusikan ke dinas pendidikan. Hasil UN juga dapat diakses melalui laman https://hasilun.puspendik.kemdikbud.go.id. Hasil UN tersebut telah dimanfaatkan antara lain oleh Ditjen Dikdasmen untuk memberikan bimbingan kepada sekolah-sekolah dengan capaian UN yang belum optimal. Selain itu, sebagian dinas pendidikan dan sekolah juga telah memanfaatkan hasil UN untuk pembinaan guru.
Ringkasan Eksekutif ini melengkapi publikasi hasil UN yang telah ada. Oleh karena itu Ringkasan ini tidak melaporkan semua kompetensi yang diujikan, namun mengangkat beberapa topik atau kompetensi yang dikuasai dan yang belum dikuasai siswa beserta rekomendasi pembelajaran. Dalam Ringkasan ini disajikan contoh soal beserta pembahasan soal untuk jenjang SMA dan SMK.
Dengan mengetahui perbaikan yang harus dilakukan oleh guru maupun sekolah, diharapkan kompetensi yang sudah dikuasai sebagian besar siswa akan dikuasai oleh seluruh siswa; sedangkan untuk kompetensi yang belum dikuasai sebagian besar siswa akan dapat ditingkatkan penguasaannya melalui perbaikan pembelajaran. Pada akhirnya diharapkan mutu lulusan yang berikutnya dapat lebih meningkat.
Ringkasan dan Pembahasan
Bahasa Indonesia – SMA/MA IPA/IPS
Lingkup materi yang diujikan dalam UN pada mata pelajaran bahasa Indonesia jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) meliputi: 1) membaca nonsastra; 2) membaca sastra; 3) menulis terbatas; 4) menyunting kata, kalimat, dan paragraf; serta 5) menyunting ejaan dan tanda baca. Lingkup materi tersebut diuji melalui tiga level kognitif yaitu, pengetahuan dan pemahaman, aplikasi, serta penalaran.
Temuan hasil UN 2019 menunjukkan bahwa sebagian besar siswa SMA mampu memahami berbagai isi teks, baik teks tunggal maupun multiteks, baik sastra maupun nonsastra. Pada UN tahun 2019 teks yang disajikan relatif lebih kompleks, tetapi bentuk soal yang disajikan tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan tahun sebelumnya. Untuk menulis terbatas sebagian besar siswa tidak mengalami kesulitan ketika mengerjakan soal yang relatif sederhana, seperti mengurutkan kalimat menjadi paragraf padu pada teks nonsastra, seperti pada contoh soal nomor 5. Namun, sebagian siswa mengalami kesulitan ketika soal yang disajikan lebih kompleks, seperti menentukan prediksi cerita pada contoh soal nomor 6.
Hal yang sama juga terjadi pada kemampuan menyunting. Siswa tidak mengalami kesulitan ketika teks yang disajikan sederhana, seperti memperbaiki kalimat hanya berdasarkan satu aspek saja, misalnya perbaikan struktur kalimat saja atau penggunaan ejaan saja yang telah ditentukan dalam rumusan soal. Siswa mengalami kesulitan ketika perbaikan kalimat tidak ditentukan di dalam rumusan soal, tetapi ada di dalam opsi-opsi jawaban dan ditentukan oleh siswa, seperti pada contoh soal nomor 4.
Pembelajaran kebahasaan hendaknya berorientasi pada peningkatan kemampuan siswa menggunakan bahasa secara benar dan efektif. Oleh karena itu, dalam pembelajaran diharapkan tidak hanya sekadar berfokus pada menghapal kaidah, tetapi lebih pada cara menggunakan kaidah tersebut sehingga siswa dapat berkomunikasi secara efektif dalam berbagai konteks. Penugasan dengan menggunakan sumber yang kontekstual di lingkungan sekitar dapat meningkatkan sensitivitas kebahasaan siswa. Guru dapat menugaskan siswa untuk mengidentifikasi dan memperbaiki kalimat tidak efektif atau kesalahan penggunaan ejaan dan tanda baca yang terdapat dalam buku, artikel, jurnal, atau sumber-sumber lainnya.
Bahasa Inggris – SMA/MA IPA/IPS
Ujian Nasional (UN) mata pelajaran Bahasa Inggris pada tingkat SMA pada tahun 2019 mencakup fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan teks interaksi interpersonal dan transaksional, teks fungsional pendek (antara lain announcement, undangan, dan pemberitahuan), dan teks descriptive, recount, narrative, procedure, report, exposition, dan news item yang diujikan melalui keterampilan listening dan reading. Soal-soal ujian meliputi level kognitif pengetahuan dan pemahaman, aplikasi, dan penalaran.
Berdasarkan hasil analisis jawaban siswa terhadap soal-soal Bahasa Inggris UN SMA tahun 2019, sebagian siswa telah mampu mengidentifikasi topik sebuah wacana yang tersurat (contoh soal nomor 5), namun sebagian besar siswa masih kesulitan untuk mengidentifikasi topik sebuah wacana yang tersirat (contoh soal nomor 6). Persentase siswa yang dapat menjawab benar soal topik wacana secara tersurat maupun tersirat masih di bawah 50%. Kelemahan siswa dalam menentukan gagasan utama terutama mencolok bila teks cukup panjang dan menuntut kemampuan untuk menganalisis dan membandingkan.
Demikian pula untuk unsur kebahasaan khususnya penguasaan dan pemahaman penggunaan kosakata yang tepat berdasarkan konteks hanya sebagian siswa yang menguasai meskipun kosa kata yang ditanyakan cukup umum. Tingkat keberhasilan siswa untuk menemukan persamaan kata yang tidak kontekstual atau sinonim (contoh soal nomor 3) dan yang menuntut siswa menalar makna kata berdasarkan konteks (contoh soal nomor 4) cukup berimbang. Namun pencapaian siswa untuk persamaan kata yang sifatnya kontekstual sedikit lebih baik 2% yang disebabkan teks yang digunakan cukup sederhana. Bagaimanapun, kedua soal tersebut masih menunjukkan angka di bawah 50%, yang seharusnya siswa dapat lebih baik lagi mengingat kosakata yang digunakan cukup umum.
Tak jauh berbeda, untuk soal yang mengukur kompetensi siswa dalam Struktur Teks, siswa pun masih mengalami kesulitan ketika jawaban mengharuskan siswa untuk bernalar atau membandingkan. Ini sangat kentara saat siswa diminta untuk mengidentifikasi ide utama sebuah paragraph yang biasanya dapat ditemui di awal atau akhir paragraf, maka ada 40% siswa yang menjawab dengan benar (contoh soal nomor 1). Namun ketika diminta untuk membandingkan simpulan dari dua paragraph, maka jumlah siswa yang mampu menjawab benar tak lebih dari 25% (contoh soal nomor 2). Hal ini disebabkan siswa tak hanya perlu menemukan ide utama dalam teks, tapi juga menyimpulkan terlebih dahulu masing-masing paragraph, lalu membandingkan keduanya.
Pada proses pembelajaran khususnya materi-materi terkait Struktur Teks, guru harus lebih banyak melatih siswa dalam memahami dan membandingkan ide pokok antarparagraf sehingga siswa lebih terampil. Selain itu kosa kata yang digunakan untuk mengelaborasi ide pokok menjadi sebuah kalimat atau paragraf juga harus ditingkatkan frekwensinya dalam proses pembelajaran.
Lebih jauh, Agar siswa dapat mengidentifikasi makna dari suatu phrase sesuai dengan konteksnya. Siswa perlu dilatih untuk menganalisis phrase secara kontekstual. Phrase yang ditanyakan terkadang diberikan ilustrasi and penjelasan dikalimat-kalimat selanjutnya, sehingga siswa perlu dibiasakan untuk memanfaatkan contoh dan/atau definisi untuk menemukan makna phrase yang sulit. Kemampuan memahami phrase dikalangan siswa dapat ditingkatkan dengan memberikan penugasan membaca dan membuat ringkasan.
Menemukan topik wacana baik yang tersurat atau tersirat membutuhkan strategi tertentu. Topik dalam sebuah teks dapat diketahui dengan melihat petunjuk-petunjuk yang ditemukan dalam sebuah teks. Topik dapat diketahui dari judul teks, dari kata atau frasa yang dicetak tebal atau miring, dan dari kata atau frasa yang ditulis berulang-ulang. Topik teks juga dapat diketahui dari kata atau frasa yang disebutkan di awal teks dan dirujuk atau dibicarakan hingga akhir teks. Topik teks dapat ditemukan pada kalimat pertama dan terakhir teks. Terkait dengan hal itu pembelajaran perlu membiasakan strategi menemukan topik dengan menggunakan petunjuk-petunjuk tersebut. Selain itu guru juga perlu mendorong siswa agar banyak membaca berbagai jenis teks dan mendiskusikannya di kelas. Dari diskusi tersebut, siswa akan terlatih untuk menemukan gagasan dan juga topik yang ada di teks.
Matematika – SMA/MA IPA
Lingkup materi yang diujikan pada mata pelajaran Matematika SMA/MA jurusan IPA adalah Aljabar, Kalkulus, Geometri dan Pengukuran, serta Statistika. Level kognitif yang diujikan meliputi pengetahuan dan pemahaman, aplikasi, dan penalaran.
Berdasar kajian terhadap hasil analisis Ujian Nasional 2019 ditemukan bahwa secara umum siswa SMA/MA jurusan IPA dapat mengerjakan soal-soal yang rutin mereka temui. Untuk soal level kognitif pengetahuan dan pemahaman seperti pada soal nomor 1 dan soal nomor 2, bentuk soal yang diberikan cukup familiar bagi siswa sehingga mereka tahu langkah per langkah penyelesaiannya. Adapun soal level aplikasi yang melibatkan cerita dan perhitungan seperti pada soal nomor 3 dan soal nomor 4, siswa juga cukup mampu menyelesaikannya. Hal tersebut dikarenakan konteks yang digunakan pada soal cukup rutin ditemui oleh siswa dalam pembelajaran di kelas dan juga buku. Hal berbeda terjadi pada soal level kognitif penalaran, dimana sebagian besar siswa belum mampu untuk menyelesaikan soal dengan permasalahan yang tidak biasa mereka temui dalam pembelajaran meskipun permasalahan tersebut sebenarnya hanya menggunakan konsep dasar, seperti pada soal nomor 5 terkait lingkup materi statistik. Pada soal tersebut, siswa tidak perlu membaca cerita ataupun menginterpretasi banyak informasi, namun cukup memahami konsep rata-rata dan median. Soal-soal non rutin masih menjadi momok bagi siswa, terlebih lagi untuk soal non rutin level penalaran yang membutuhkan proses analisis untuk mengaitkan permasalahan dalam soal tersebut dengan suatu konsep matematika, seperti pada soal nomor 6.
Berdasar temuan dari hasil Ujian Nasional SMA/MA jurusan IPA 2019, untuk pembelajaran matematika di kelas dapat disarankan agar guru memastikan siswa memahami konsep matematika dan tidak hanya menghafal prosedur menyelesaikan soal. Latihan soal penting dalam pembelajaran matematika, tetapi bukanlah yang utama. Yang utama dalam pembelajaran matematika adalah memahami konsep yang kemudian dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan. Di dalam pembelajaran, guru perlu memastikan bahwa siswa telah benar-benar memahami konsep matematika yang diajarkan sebelum melanjutkan ke konsep berikutnya. Untuk memastikan hal tersebut, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah menggunakan suatu tes pemahaman konsep dengan memberikan soal-soal yang bukan terkait prosedur saja. Sebagai contoh, untuk memastikan siswa telah paham konsep kombinasi dan permutasi, guru dapat memberikan suatu permasalahan matematika kemudian meminta siswa untuk menentukan prosedur penyelesaian yang tepat apakah kombinasi atau permutasi, kemudian meminta siswa untuk menjelaskan alasan memilih prosedur tersebut.
Untuk mengenalkan kepada siswa berbagai konteks penggunaan konsep dan prosedur, guru perlu menyiapkan berbagai bentuk penugasan atau penyelesaian masalah, tidak terpaku pada satu bentuk soal atau permasalahan dan prosedur penyelesaian tertentu. Selain itu, untuk mendorong berkembangnya kemampuan berpikir kritis, guru juga perlu merancang penilaian yang dapat menstimulus proses berpikir tingkat tinggi seperti menganalisis, mengevaluasi sehingga kompetensi siswa meningkat.
Fisika – SMA/MA IPA
Soal UN mata pelajaran Fisika SMA/MA 2019 mengukur capaian kognitif pada level Pengetahuan dan Pemahaman, Aplikasi/Penerapan, dan Penalaran, dalam lingkup materi: a) Mekanika, b) Gelombang dan Optik, c) Termodinamika, d) Listrik, Magnet, dan Fisika Modern.
Berdasarkan kajian terhadap hasil analisis Ujian Nasional 2019, soal-soal pengetahuan/pemahaman seperti pada contoh soal nomor 1 maupun aplikasi (penerapan) yang dominan mengingat konsep atau menerapkan rumus untuk menentukan besaran fisis tertentu seperti pada contoh soal nomor 3, lebih mudah bagi Siswa dibandingkan dengan soal-soal konseptual yang membutuhkan penalaran seperti contoh soal nomor 5 dan 6.
Soal-soal dengan konteks yang sudah dikenal Siswa (familier) dan sering ditemukan dalam ujian-ujian sebelumnya atau dalam latihan di sekolah menjadi soal rutin, pada umumnya dapat dijawab benar oleh Siswa. Namun, permasalahan sederhana dalam soal dengan konteks yang sudah dikenal ketika disajikan dalam format soal yang tidak biasa, dan penyelesaiannya memerlukan prosedur yang tidak rutin (tidak biasa) ternyata menjadi sulit bagi Siswa seperti pada contoh soal nomor 6. Siswa mengalami kesulitan ketika berhadapan dengan soal-soal yang dilengkapi dengan tabel, gambar, diagram, dan grafik. Siswa belum terampil mengolah informasi yang disajikan dalam tampilan tersebut, misalnya pada contoh soal nomor 2, 4, dan 5. Siswa belum memahami konsep fisika secara terintegrasi sehingga sulit menyelesaikan permasalahan yang mengaitkan berbagai konsep fisika.
Pada pembelajaran Fisika SMA/MA, Siswa perlu dilatih keterampilan multirepresentasi, meliputi verbal (dalam bentuk kalimat), visual (gambar, bagan, diagram, tabel, grafik), simbolis (simbol, kode, lambang), dan matematis (persamaan atau formula). Keterampilan multirepresentasi tidak efektif jika hanya diajarkan, tetapi akan lebih efektif jika dilakukan dalam bentuk latihan atau penugasan. Model pembelajaran yang secara utuh melatihkan keterampilan multirepresentasi adalah model-model pembelajaran yang berbasis aktivitas, baik hands-on activities maupun minds-on activities. Pembelajaran juga harus didesain bersifat kontekstual, dengan mengaitkan berbagai konsep yang dipelajari dengan kehidupan sehari-hari, sehingga Siswa belajar konsep secara terpadu, saling dikaitkan antar konsep agar mampu menjelaskan fenomena kehidupan dan menyelesaikan permasalahan otentik/nyata. Inquiry, discovery, problem-based, dan project-based learning merupakan model-model pembelajaran yang tepat untuk diterapkan.
Soal-soal yang digunakan dalam penilaian Fisika SMA/MA di sekolah sebaiknya tidak hanya dominan pada level pengetahuan/pemahaman dan aplikasi yang menekankan pada penggunaan rumus dan perhitungan numerik. Soal-soal dengan karakteristik tersebut hanya mengukur prosedur rutin, yang tidak mendorong tumbuhnya keterampilan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills). Soal Fisika SMA/MA harus lebih banyak mengukur kemampuan penalaran dan menggunakan konteks atau stimulus yang tidak rutin/familier. Strategi dalam mengembangkan soal penalaran adalah dengan menyajikan data dan informasi dalam bentuk tabel data, gambar, dan grafik, sehingga Siswa menginterpretasi visualisasi tersebut terlebih dahulu dan mendapatkan informasi yang cukup untuk menyelesaikan permasalahan. Sebaiknya siswa juga diberikan soal-soal yang bervariasi untuk tiap-tiap materi sehingga siswa tidak terpaku pada satu jenis soal dan prosedur penyelesaiannya. Soal Fisika SMA/MA juga perlu dirancang untuk menerapkan beberapa konsep secara terintegrasi, karena pada dasarnya aplikasi konsep fisika dalam kehidupan sehari-hari tidaklah terpisah-pisah.
Kimia – SMA/MA IPA
Lingkup Materi soal UN Kimia SMA/MA tahun 2019 yang diujikan meliputi lima kelompok yaitu: 1) kimia dasar; 2) kimia analitik; 3) kimia fisik; 4) kimia organik; 5) kimia anorganik. Level kognitif yang diujikan meliputi pengetahuan dan pemahaman; aplikasi; dan penalaran.
Hasil analisis menunjukkan siswa relatif tidak mengalami kesulitan menjawab soal yang menuntut pemahaman konsep khususnya pada situasi familier. Misalnya pada soal-soal yang sering ditemukan dalam ujian sebelumnya, soal yang sudah dilatihkan dan diajarkan di kelas atau konteks yang ada di buku pelajaran seperti pada soal nomor 1.
Siswa lebih mudah menyelesaikan soal aplikasi yang merupakan penerapan rumus tertentu seperti soal nomor 2 dibandingkan dengan soal-soal aplikasi yang memerlukan penerapan dari beberapa konsep dan tahapan penyelesaian soal nomor 3, soal non rutin yang membutuhkan penalaran dalam penyelesaiannya soal nomor 4 dan 5 dan soal yang dikemas dalam konsep kontekstual yang membutuhkan penalaran soal nomor 6.
Siswa mengalami kesulitan dalam mengaplikasikan konsep tertentu dalam konteks yang tidak familier, kesulitan menjadi bertambah pada soal yang menuntut siswa untuk menyimpulkan atau melakukan prediksi berdasarkan data dari beberapa variabel. Sebagian siswa juga mengalami kesulitan ketika menyelesaikan soal-soal pemahaman konsep dengan materi yang bersifat abstrak. Selain itu, siswa belum memahami konsep secara utuh (terintegrasi) sehingga mengalami kesulitan dalam menyelesaikan permasalahan yang mengaitkan berbagai konsep kimia.
Pembelajaran kimia di kelas sebaiknya dimulai dari definisi-definisi dan pemahaman yang kuat terkait konsep mendasar dari setiap lingkup materi. Guru diharapkan memberikan contoh kontekstual sehingga pembelajaran tidak terkesan abstrak tetapi benar-benar terjadi dalam kehidupan sehari-hari misalnya dalam dunia industri. Dengan demikian, siswa dapat memahami penerapan konsep kimia dalam kehidupan dan diharapkan nantinya mampu berpikir kritis untuk menemukan solusi dari permasalahan-permasalahan dalam kehidupan yang membutuhkan konsep kimia.
Tidak dapat dipungkiri bahwa penerapan ilmu kimia terutama penerapan rumus sangat membutuhkan konsep matematika dasar yang kuat. guru perlu menekankan pada pemahaman konsep rumus dan konsep matematika dasar, bukan pada hafalan rumus. Dengan demikian, siswa diharapkan dapat menurunkan rumus-rumus yang biasa digunakan dalam perhitungan kimia.
Proses pembelajaran hendaknya dilakukan secara integratif, mengaitkan dengan materi lain yang berhubungan. Jika pembelajaran dilakukan secara parsial, siswa akan mengalami kesulitan ketika diminta menyelesaikan masalah yang menuntut integrasi atau pemahaman beberapa konsep terkait. Pembelajaran perlu diperkaya dengan contoh aplikasi berdasarkan kejadian/fenomena dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu guru dapat memberikan tugas pada siswa untuk mengkritisi dan menemukan solusi dari suatu fenomena yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dilihat dari konsep ilmu kimia sehingga diharapkan pelajaran kimia tidak lagi identik dengan pelajaran yang abstrak, penuh dengan hitungan, dan tidak aplikatif. Untuk memudahkan siswa menguasai materi, pembelajaran kimia perlu disertai demonstrasi di depan kelas, demonstrasi menggunakan software, dan melakukan percobaan di laboratorium sebagai upaya learning by doing.
Pembahasan penyelesaian soal dalam bentuk narasi, tabel data dan grafik/gambar atau kombinasinya juga sangat diperlukan sehingga siswa dapat memahami dan menyelesaikan soal dalam berbagai bentuk.
Biologi – SMA/MA IPA
Lingkup materi yang diujikan pada mata pelajaran Biologi adalah (1) Keanekaragaman Hayati dan Ekologi, (2) Struktur dan Fungsi Makhluk Hidup, (3) Biomolekuler dan Bioteknologi, dan (4) Genetika dan Evolusi. Level kognitif yang diujikan meliputi pengetahuan dan pemahaman, aplikasi, dan penalaran. Sementara itu, jenis pengetahuan ilmiah yang diujikan mencakup pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural.
Berdasar kajian terhadap hasil analisis Ujian Nasional Biologi SMA/MA 2019, ditemukan bahwa secara umum siswa SMA/MA jurusan IPA cukup mampu menyelesaikan soal pada level kognitif pemahaman dan aplikasi. Meskipun demikian, ternyata pada level aplikasi masih ada yang hanya sekitar 40% siswa dapat menjawab soal tersebut, misalnya, seperti pada soal nomor 1 tentang pengelompokkan makhluk hidup dan soal nomor 4 tentang hereditas pada manusia. Soal nomor 1 meminta siswa untuk mengamati gambar dan merupakan soal yang rutin, sedangkan soal nomor 4 menerapkan konsep sederhana yang sama pada contoh yang lain, bukan soal yang rutin. Soal nomor 1 dianggap lebih mudah dibandingkan soal nomor 4, padahal dilihat secara materi soal nomor 4 lebih mudah. Adapun terkait soal pada level kognitif penalaran, pada umumnya persentase siswa yang dapat menjawab soal-soal tersebut bervariasi, ada beberapa soal yang cukup mampu dijawab oleh siswa yakni seperti soal nomor 2 tentang pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan dengan persentase siswa menjawab benar sebesar 48%. Namun, ada juga soal level penalaran yang dirasa cukup sulit bagi siswa seperti pada soal nomor 3 tentang hasil percobaan berkenaan dengan transpor membran dengan persentase siswa menjawab benar hanya mencapai 36%. Kedua jenis soal tersebut merupakan soal yang biasa diujikan (soal rutin).
Berdasarkan analisis tersebut, dapat dikatakan bahwa soal-soal yang mengukur level kognitif pengetahuan dan pemahaman tidak selalu lebih mudah daripada soal-soal yang mengukur level kognitif yang lebih tinggi. Sebaliknya, soal-soal yang mengukur level kognitif penalaran dapat dijawab oleh lebih banyak siswa sehingga soal ini lebih mudah. Tingkat kesukaran soal lebih dipengaruhi oleh kompleksitas dari soal. Soal yang biasa diujikan (soal rutin) dapat mengurangi tingkat kesulitan soal, tetapi masih bisa digunakan untuk mengukur kemampuan siswa yang tidak memahami konsep apabila diformulasikan dengan pola yang berbeda. Secara keseluruhan, dari total 40 soal biologi yang diujikan, sebanyak 2% soal tergolong mudah bagi siswa, 68% tergolong sedang, dan 30% tergolong sukar. Meskipun sebagian besar soal tergolong soal dengan tingkat kesukaran sedang bagi siswa, masih ditemukan beberapa jawaban siswa yang mengindikasikan bahwa mereka tidak memahami konsep materi yang diajarkan dengan baik.
Berdasar temuan temuan di atas, maka pada proses pembelajaran, siswa perlu dibiasakan untuk menerapkan konsep-konsep yang telah dipelajari ke dalam situasi dunia nyata atau kehidupan sehari-hari siswa. Hal tersebut dapat dilakukan melalui tanya jawab dan diskusi di akhir pembelajaran serta penugasan yang memberikan kesempatan kepada siswa mencari tahu tentang konsep-konsep tersebut dari berbagai media selain buku teks. Selain itu, proses pembelajaran Biologi juga sangat didorong untuk lebih banyak melakukan pengamatan, praktikum atau penyelidikan ilmiah terkait konsep-konsep dasar sehingga siswa memiliki pengalaman dalam memahami konsep-konsep biologi. Pengalaman belajar melalui praktik akan merangsang rasa keingintahuan siswa sehingga memberi motivasi untuk mencari informasi lebih jauh melalui berbagai media informasi.
Matematika – SMA/MA IPS
Lingkup materi yang diujikan pada mata pelajaran Matematika SMA/MA jurusan IPS adalah Aljabar, Kalkulus, Geometri dan Pengukuran, serta Statistika. Level kognitif yang diujikan meliputi pengetahuan dan pemahaman, aplikasi, dan penalaran.
Berdasar kajian terhadap hasil analisis Ujian Nasional 2019 ditemukan bahwa secara umum siswa SMA/MA jurusan IPS dapat mengerjakan soal-soal yang rutin mereka temui. Mereka menguasai soal-soal rutin yang melibatkan cerita maupun perhitungan seperti pada soal nomor 1 dan soal nomor 2, namun mereka kesulitan mengerjakan soal yang tidak pernah mereka temui sebelumnya seperti soal nomor 3 walaupun soal tersebut berlevel aplikasi. soal nomor 3 adalah soal aplikasi program linear, namun masalah dalam soal sedikit dimodifikasi. Siswa harus mencari nilai optimum berkaitan dengan keuntungan yang nilainya tidak secara eksplisit disebutkan dalam soal. Modifikasi tersebut membuat siswa kesulitan dan mengerjakan soal.
Secara konsisten, siswa juga sulit untuk mengerjakan soal penalaran yang membutuhkan kemampuan analisis pada masalah kontekstual yang tidak pernah dibahas dalam pembelajaran seperti pada soal nomor 4.
Berdasar temuan dari hasil Ujian Nasional SMA/MA jurusan IPS 2019, untuk pembelajaran matematika di kelas disarankan agar guru memastikan siswa memahami konsep matematika tidak hanya menghafal prosedur menyelesaikan soal. Latihan soal penting dalam pembelajaran matematika, tetapi bukanlah yang utama. Yang utama dalam pembelajaran matematika adalah memahami konsep yang kemudian dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan.
Di dalam pembelajaran, guru perlu mengenalkan penerapan konsep-konsep matematika dalam masalah nyata berbagai bidang, tidak terpaku pada masalah yang ada pada buku teks. Guru juga perlu untuk membuat bentuk soal yang variatif. Misalnya, untuk materi program linear, guru disarankan membuat soal dengan fungsi objektif yang lebih variatif, tidak hanya fungsi objektif yang umum ditemui dalam buku teks. Selain itu, guru juga perlu membiasakan siswa menganalisis informasi dari sebuah masalah dan memodelkannya dalam bentuk matematis. Dengan demikian, siswa tidak terkejut ketika menghadapi soal yang tidak rutin (baru) bagi mereka. Dengan pengenalan pada masalah-masalah baru dan bentuk soal yang variatif, siswa diharapkan tidak terpaku pada satu jenis soal dan prosedur penyelesaiannya sehingga diharapkan siswa dapat menyelesaikan masalah yang baru bagi mereka.
Ekonomi – SMA/MA IPS
Lingkup materi mata pelajaran Ekonomi jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) yang diujikan meliputi Konsep Ekonomi, Konsep Pembangunan, Manajemen Perekonomian Nasional dan Internasional, Akuntansi Perusahaan Jasa, dan Akuntansi Perusahaan Dagang. Lingkup materi tersebut diuji melalui tiga level kognitif, yaitu: pengetahuan dan pemahaman, aplikasi, dan penalaran.
Hasil analisis UN 2019 mata pelajaran Ekonomi tingkat SMA menunjukkan bahwa sebagian besar siswa kesulitan dalam menjawab soal yang berupa aplikasi konsep, menentukan rumus, dan melakukan perhitungan matematika seperti pada soal nomor 3 dan 4 dibandingkan soal yang mengukur pengetahuan dan pemahaman seperti soal nomor 1 dan 2. Soal pada level pengetahuan dan pemahaman umumnya merupakan topik yang familiar dan telah dibahas di buku atau dalam pembelajaran di kelas, misalnya masalah kelangkaan, ketenagakerjaan, inflasi, dan perdagangan internasional[1].
Sebagian besar siswa juga mengalami kesulitan ketika menghadapi soal dengan kasus spesifik yang belum pernah ditemui sebelumnya. Soal-soal tersebut biasanya dilengkapi dengan diagram maupun grafik maupun soal yang melibatkan beberapa langkah penyelesaian yang menuntut penalaran[2] seperti soal nomor 5 dan 6.
Dalam pembelajaran ekonomi, hendaknya lebih ditekankan pada pemahaman dan penerapan masalah yang menghubungkan berbagai konsep ekonomi. Untuk menambah wawasan siswa terkait permasalahan ekonomi dalam kehidupan nyata dapat dilakukan dengan meningkatkan literasi membaca siswa melalui jurnal-jurnal dan artikel-artikel ekonomi yang bersumber dari dalam maupun luar negeri. Pemberian informasi atau contoh kasus persoalan ekonomi yang up to date dalam pembelajaran juga dapat diterapkan agar siswa terbiasa menganalisis dan memecahkan masalah yang ada.
Guru juga dapat meningkatkan kompetensi siswa dengan memberi penugasan yang membutuhkan penerapan berbagai konsep, prosedur, berbagai bentuk penyajian data seperti grafik, diagram, tabel, untuk menyelesaikan masalah. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan penugasan berupa projek yang melibatkan berbagai aktivitas seperti merumuskan masalah, menyusun hipotesis, mengumpulkan data mengolah, menginterpretasikan, dan mengevaluasi hasil olahan data.
Geografi – SMA/MA IPS
Lingkup Materi yang diujikan UN Geografi SMA meliputi materi (1) Hakekat Geografi dan Informasi Geografi, (2) Dinamika Planet Bumi sebagai Ruang Kehidupan, (3) Fenomena Geosfer, (4) Kependudukan dan Lingkungan Hidup, dan (5) Kewilayahan. Materi tersebut diuji melalui tiga level kognitif yaitu, pengetahuan dan pemahaman (L-1), aplikasi (L-2), dan penalaran (L-3).
Berdasar kajian terhadap hasil analisis Ujian Nasional 2019 untuk mata pelajaran Geografi, ditemukan bahwa secara umum siswa SMA/MA dapat mengerjakan soal-soal yang rutin mereka temui dalam pembelajaran di kelas, baik itu level kognitif pemahaman maupun aplikasi seperti pada soal nomor 1 dan soal nomor 2. Kesulitan dihadapi siswa ketika menghadapi soal yang tidak umum ditemui siswa , seperti pada soal nomor 3 dan soal nomor 4.
Siswa juga mengalami kesulitan pada soal-soal yang menuntut penalaran (L3) seperti pada soal nomor.5 dan soal nomor 6. Siswa kesulitan untuk menginterpretasikan masalah yang ditanyakan dalam soal yang tidak biasa mereka temui dalam pembelajaran meskipun permasalahan tersebut sebenarnya hanya menggunakan konsep dasar.
Melihat hasil analisa diatas, diperlukan revolusi dalam pembelajaran geografi agar selaras dengan materi Kurikulum 2013 dan aspek pembelajaran abad 21 yang menekankan kepada kolaborasi, pemikiran kritis, kreativitas, dan komunikasi. Siswa memerlukan pemahaman akan berbagai macam fenomena geosfer di lapangan dan cara dalam menganalisis permasalahannya, maka disarankan lebih banyak pembelajaran di luar kelas, dalam bentuk praktik laboratorium dan observasi lapangan. Sebagai contoh, pembelajaran tentang hidrosfer dilakukan dengan cara mengamati fenomena yang terjadi di lingkungan sungai atau danau terdekat. Begitu pula jika pada saat pembelajaran materi tentang Sistem Informasi Geografis, maka siswa diajarkan mensimulasikan fenomena lapangan sebagai proses input, menganalisis menggunakan software SIG di Laboratorium komputer, dan mempresentasikannya dikelas hasil temuannya.
Sosiologi – SMA/MA IPS
Lingkup materi yang diujikan pada UN mata pelajaran Sosiologi jenjang SMA meliputi: (1) konsep dan objek kajian sosiologi; (2) kehidupan sosial, permasalahan dan solusinya; (3) masyarakat multikultural dan perubahan sosial; dan (4) penelitian sosial. Soal-soal ujian tersebut meliputi level kognitif pengetahuan dan pemahaman, aplikasi, dan penalaran.
Berdasarkan analisis soal, sebagian besar siswa mampu menjawab soal pada level pengetahuan dan pemahaman, karena pada level ini soal-soal tersebut rutin keluar baik dalam ujian maupun dalam pembelajaran di kelas, seperti contoh soal nomor 1. Sedangkan pada level aplikasi terutama soal yang tidak rutin keluar, hanya sebagian siswa yang mampu menjawab (contoh soal nomor 2). Siswa juga mengalami kesulitan ketika menghadapi soal yang menuntut penalaran, seperti contoh soal nomor 3 yang menuntut kemampuan memprediksi.
Soal menjadi lebih sulit ketika tidak hanya menuntut penalaran tetapi juga dengan stimulus yang panjang (contoh soal nomor 4). Pada jenis soal seperti ini siswa tidak hanya perlu membaca stimulus tetapi juga memahami dan menarik kesimpulan bacaan,
Dengan semakin kompleks permasalahan sosial yang dihadapi, kemampuan berpikir kritis semakin diperlukan. Untuk itu perlu adanya penyesuaian dalam pembelajaran Sosiologi;. pembelajaran tidak hanya untuk mengenal konsep dan mengaplikasikan pada konteks terbatas, tetapi juga untuk menyelesaikan masalah-masalah sosial dalam masyarakat.. Pembelajaran kontekstual yang menggunakan contoh-contoh kehidupan nyata dapat membantu siswa untuk lebih mudah memahami, menerapkan konsep, dan mengapresiasi apa yang dipelajari Untuk melatih kemampuan berpikir sekaligus kemampuan berkomunikasi dan kolaborasi, siswa dapat ditugaskan secara berkelompok untuk mengerjakan suatu projek, seperti meneliti atau melakukan observasi gejala sosial, kemudian menampilkan hasil kajian di depan kelas dan menuliskan dalam bentuk laporan.
Ringkasan dan Pembahasan Soal SMK
Bahasa Indonesia – SMK
Lingkup materi yang diujikan dalam UN pada mata pelajaran bahasa Indonesia jenjang Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) meliputi: 1) membaca nonsastra; 2) membaca sastra; 3) menulis terbatas; 4) menyunting kata/istilah, frasa, kalimat, dan paragraf; serta 5) menyunting ejaan dan tanda baca. Lingkup materi tersebut diuji melalui tiga level kognitif yaitu, pengetahuan dan pemahaman, aplikasi, serta penalaran.
Temuan hasil UN 2019 menunjukkan bahwa sebagian besar siswa SMK mampu memahami berbagai isi teks, baik teks tunggal maupun multiteks, baik sastra maupun nonsastra. Pada UN SMK tahun 2019 materi dan model soal yang disajikan tidak banyak berbeda dengan UN tahun sebelumnya.
Pada lingkup materi membaca sastra, siswa tidak mengalami kesulitan untuk menentukan amanat dalam puisi, seperti pada contoh soal nomor 1. Namun, berbeda dengan materi menentukan majas yang terdapat dalam kutipan cerpen, seperti pada soal nomor 2. Padahal, kedua materi tersebut sering diujikan dalam Ujian Nasional SMK. Siswa masih kurang memahami penggunaan suatu majas di dalam teks atau kutipan karya sastra. Pada lingkup materi membaca sastra dalam UN tahun ini terdapat materi yang baru, yaitu mengenai keterkaitan isi karya sastra dengan kehidupan. Namun, untuk materi tersebut tidak menjadi masalah untuk sebagian besar siswa, seperti pada contoh soal nomor 3.
Pada lingkup materi menulis terbatas, siswa mengalami kesulitan dalam melengkapi kutipan teks dengan kalimat yang sesuai isi bacaan. Meskipun model soal tersebut bukanlah hal baru dan sudah sering diujikan pada soal-soal UN sebelumnya, ternyata siswa masih mengalami kesulitan dalam menjawab soal tersebut. Hal tersebut dikarenakan siswa tidak hanya dituntut untuk memahami isi bacaan secara keseluruhan, tetapi juga dituntut untuk berpikir kritis dan logis. Oleh karena itu, pembelajaran mengenai pemahaman terhadap isi bacaan masih dijadikan fokus utama dalam pelajaran bahasa Indonesia.
Selanjutnya, pada lingkup materi menyunting ejaan dan tanda baca dengan materi penggunaan tanda baca dalam kalimat, sebagian siswa sudah menjawab benar. Namun, sebagian siswa lainnya masih memerlukan perhatian khusus pada materi ini, seperti pada contoh soal nomor 6. Dalam soal tersebut, siswa dituntut untuk menentukan penggunaan tanda baca koma (,) pada kalimat. Hal tersebut seharusnya sudah dikuasai oleh siswa SMK karena materi penggunaan tanda baca koma (,) sudah dipelajari pada jenjang sebelumnya. Siswa sepertinya masih kurang memahami tentang penggunaan tanda baca koma (,). Untuk menyiasati hal tersebut, guru mungkin dapat menugaskan siswa untuk mengidentifikasi penggunaan tanda baca yang terdapat dalam media cetak, seperti buku, artikel, jurnal, atau sumber-sumber lainnya sebagai latihan agar siswa makin terampil dalam materi penggunaan tanda baca.
Bahasa Inggris – SMK
Lingkup materi yang diujikan pada Ujian Nasional (UN) pada tahun 2019 untuk jenjang SMK/SMAK meliputi fungsi sosial, struktur teks dan unsur kebahasaan. Soal-soal ujian berada pada level pengetahuan dan pemahaman (L1), level aplikasi (L2), dan level penalaran (L3). Adapun jenis teks-teks lisan dan tertulis yang diujikan melingkupi: teks Interaksi transaksional/interpersonal tertulis (a.l. memuji, menawarkan, menyarankan), teks fungsional pendek (a.l. announcement, notice, label), dan teks-teks genre descriptive, recount, procedure, serta report.
Berdasarkan kajian terhadap hasil analisis UN Bahasa Inggris SMK/SMAK tahun 2019, ditemukan bahwa secara umum siswa masih kesulitan untuk menemukan jawaban yang membutuhkan penalaran atau tersirat pada teks. Dalam materi Fungsi Sosial yaitu menentukan topik sebuah wacana, siswa cukup berhasil (hampir separuh siswa menjawab benar) ketika topik sudah tertulis atau tersurat dalam wacana (contoh soal nomor 5). Namun hasil ini langsung menurun hingga tak mencapai sepertiga siswa yang menjawab benar ketika topik dalam wacana bersifat tersirat (contoh soal nomor 1). Sama halnya dengan soal yang mengukur materi Struktur Teks yaitu mencari rincian deskripsi, siswa mengalami kesulitan ketika dituntut untuk menggunakan penalaran untuk mencari jawaban rincian yang ada dalam teks.
Untuk soal yang membutuhkan kemampuan untuk membuat simpulan atau making inference siswa masih mengalami kesulitan yang terlihat dari tidak sampai 20% siswa menjawab benar (contoh soal nomor 4). Tak jauh beda dengan soal yang meminta siswa untuk mencari rincian deskripsi secara tersirat dalam teks, siswa juga mengalami kesulitan meski masih lebih baik dari making inference yaitu hamper 30% siswa menjawab benar (contoh soal nomor 2).
Namun pada materi Unsur Kebahasaan yaitu mencari persamaan kata, soal yang membutuhkan siswa menggunakan konteks dalam teks untuk mencari persamaan kata yang tepat mencapai hasil yang cukup baik yaitu hamper mencapai setengah dari siswa menjawab benar (contoh soal nomor 6). Sedangkan untuk soal yang tidak membutuhkan konteks dan hanya mencari sinonim yang tepat, hasilnya relative mirip yaitu lebih dari sepertiga siswa menjawab dengan benar (contoh soal nomor 3).
Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam membaca dan memahami sebuah wacana dengan mengidentifikasi topik, rincian deskripsi dan making inferences (menyimpulkan isi wacana) yang tersirat masih rendah. Hal ini perlu ditingkatkan dengan meningkatkan praktek dalam melatih dan membiasakan siswa mengidentifikasi informasi-informasi tersirat dan menyimpulkan isi wacana tersirat dari sebuah wacana. Hal ini juga harus didukung dengan penguatan terhadap pemahaman kosa kata Bahasa Inggris siswa. Pemahaman kosa kata yang baik akan memudahkan dan membantu siswa dalam memahami wacana.
Lebih jauh, hasil kajian analisis soal tentang salah satu materi unsur kebahasaan yaitu persamaan kata menunjukkan bahwa secara umum siswa cukup mampu memahami persamaan kata dalam Bahasa Inggris. Namun, jumla persentasi yang tidak terlalu tinggi menunjukkan bahwa tetap perlu ditingkatkan materi dan pelatihan tentang pemahaman kosa kata Bahasa Inggris untuk siswa. Selain arti dan makna kata, siswa perlu juga dibekali dengan penggunaan medan makna sebuah kata, karena kata yang memiliki arti sama belum tentu dapat digunakan bergantian karena dipengaruhi oleh medan makna (kolokasi) dan konteks. Selanjutnya, untuk dapat menemukan makna kata sesuai konteks, siswa perlu memiliki pengetahuan kosakata yang memadai dan/atau terbiasa memanfaatkan konteks untuk menebak makna kata. Kesulitan siswa tersebut disebabkan oleh terbatasnya pengetahuan kosakata mereka.
Sehubungan dengan temuan di atas, pembelajaran Bahasa Inggris perlu menerapkan teknik yang lebih efektif untuk memfasilitasi siswa memperloleh pengetahuan kosakata, tata bahasa dan struktur teks yang memadai dan mencapai keterampilan making inferences, mengidentifikasi makna kosakata sesuai konteks. Misalnya, dengan menugaskan siswa untuk mendiskusikan sebuah wacana secara berkelompok. Dari hasil kegiatan diskusi tersebut, siswa mampu mengemukakan pendapatnya atau gagasannya berdasarkan isi wacana tersebut. Namun, siswa perlu terlebih dahulu dilatih untuk mengidentifikasi kata-kata kunci dalam sebuah wacana yang bisa dijadikan acuan untuk menemukan informasi/makna tersirat. Untuk melatih kompetensi siswa dalam menemukan informasi tersirat dari sebuah wacana, salah satunya dapat dengan membuat jenis soal menjodohkan dan tidak membatasi pada satu kemungkinan jawaban. Sebuah wacana dapat terdiri atas lebih dari satu kemungkinan makna.
Untuk meningkatkan kompetensi pengetahuan siswa dalam menggunakan kosakata sesuai konteks dapat dilakukan dengan menugaskan siswa menulis teks baik berupa teks essai maupun naratif sesuai dengan topik yang diminati siswa. Selain mampu meningkatkan pengetahuan dan penggunaan kosakata yang tepat, siswa juga mampu menggunakan pilihan-pilihan kata sambung yang tepat untuk membangun sebuah teks yang utuh. Produk tulisan siswa ini dapat digunakan sebagai penilaian untuk mengukur capaian kompetensi tersebut.
Matematika – SMK
Lingkup materi yang diujikan pada mata pelajaran Matematika SMK berbeda-beda tergantung pada rumpun keahlian. Lingkup materi untuk SMK Teknik adalah Aljabar, Kalkulus, Geometri dan Trigonometri, serta Statistika. Untuk SMK Akuntansi lingkup materinya adalah Aljabar, Geometri, serta Statistika dan Peluang. Sedangkan untuk rumpun Pariwisata, lingkup materinya adalah Aljabar, Geometri dan Trigonometri serta Statistika. Level kognitif yang diujikan meliputi pengetahuan dan pemahaman, aplikasi, dan penalaran.
Berdasar kajian terhadap hasil analisis Ujian Nasional 2019 ditemukan bahwa secara umum siswa SMK dapat mengerjakan soal-soal yang rutin mereka temui, baik yang hanya melibatkan perhitungan langsung maupun mengandung stimulus berupa cerita seperti pada soal nomor 1 dan soal nomor 3. Namun demikian, hasil analisis pada beberapa soal menunjukkan bahwa siswa belum memiliki pemahaman konsep yang baik misalnya pada soal nomor 2 terkait konsep dasar kedudukan garis dan soal nomor 4 terkait konsep nilai maksimum/minimum pada masalah program linier. Adapun untuk soal level penalaran, siswa secara konsisten menunjukkan kurang mampu menyelesaikan soal-soal penalaran yang membutuhkan kemampuan analisis pada masalah kontekstual yang tidak pernah dibahas dalam pembelajaran seperti pada soal nomor 5.
Berdasar temuan dari hasil Ujian Nasional SMK 2019, untuk pembelajaran matematika di kelas disarankan agar guru memastikan siswa memahami konsep matematika dan tidak hanya menghafal prosedur menyelesaikan soal. Latihan soal penting dalam pembelajaran matematika, tetapi bukanlah yang utama. Yang utama dalam pembelajaran matematika adalah memahami konsep yang kemudian dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan. Di dalam pembelajaran, guru perlu memastikan bahwa siswa memahami suatu materi sebelum melanjutkan ke materi berikutnya.
Dalam pembelajaran, disarankan guru menekankan hal-hal penting terkait konsep materi yang diajarkan. Misalnya, konsep nilai optimum pada program linier yang tidak hanya terjadi pada titik potong kendala. Oleh karena itu, guru perlu menyiapkan berbagai bentuk penugasan atau permasalahan sehingga siswa tidak terpaku pada satu jenis atau bentuk permasalahan dan prosedur penyelesaian tertentu. . Selain itu, perlu juga bagi guru untuk memberikan penugasan yang dapat menstimulus proses berpikir siswa yang lebih tinggi seperti menganalisis, memprediksi. Hal tersebut untuk menyiapkan dan membiasakan siswa menyelesaikan permasalahan yang membutuhkan proses berpikir yang lebih kompleks. Dengan hal ini diharapkan penguasaan materi siswa akan lebih maksimal.
Download Contoh dan Pembahasan Soal UN SMA MA SMK Tahun 2019
Selengkapnya mengenai susunan dan isi berkas Contoh dan Pembahasan Soal UN SMA MA SMK Tahun 2019 ini silahkan lihat pada file preview salah satu berkas dan download file lainnya pada link di bawah ini:
Download File:
Demikian yang bisa kami sampaikan mengenai keterangan berkas dan share file Contoh dan Pembahasan Soal UN SMA MA SMK Tahun 2019. Semoga bisa bermanfaat.